Skip to main content

Ayo Mengapresiasi Kopi Negeri Sendiri

REPUBLIKA.CO.ID,Selain kebutuhan, kopi adalah bagian dari gaya hidup. Diawali dari maraknya kedai kopi franchise pada awal 2000-an di Indonesia, saat itu di kedai kopi waralaba itu tak cuma kopi lokal yang ditemukan. Kopi impor racikan mudah ditemui dalam bentuk kemasan.

Tren kemudian bergeser, kini masyarakat kota yang gemar menyesap kopi di kafe sudah mempunyai pilihan lain. Kedai-kedai kopi lokal semakin marak. Mereka pun berlomba meracik kopi-kopi lokal agar sama larisnya dengan kopi impor. Di tengah itu semua, budaya warung kopi masih lekat dan mengakar pada masyarakat Indonesia yang komunal dan gemar mengobrol.

Perkembangan kopi sebagai minuman gaya hidup di Indonesia disadari Direktur PT Kopiku Indonesia Michael Utama. Menurut dia, tren ini berkembang pesat meskipun belum memasuki titik puncak.

Menurut Michael yang perusahaannya menyuplai biji kopi untuk beberapa kedai kopi di Jakarta ini, perkembangan ini dilihat dari bermunculannya tempat minum kopi yang hype dan diminati hampir semua kalangan masyarakat di perkotaan.

Namun, saat ini para pengunjung yang datang untuk ngopi lebih fokus pada kegiatan mengobrol, bekerja, atau menghabiskan waktu. Bukan untuk mengenal lebih jauh tentang minuman yang tersaji di hadapannya.

“Tidak banyak orang tahu bahwa Indonesia sebenarnya memiliki jenis-jenis kopi yang dahsyat. Mulai dari rasa, aroma, dan kualitasnya,” ujar Michael yang juga merupakan certified international barista dari Italia.

Tanah vulkanis yang ada di Indonesia, lanjutnya, menyebabkan biji-biji kopi yang tumbuh di nusantara memiliki variasi rasa dan aroma yang tidak bisa direplika di negara lain. Misalnya, kata dia, Kopi Sumatra terkenal memiliki rasa rempah, kopi Papua memiliki aroma khas gula merah, dan kopi Bali mempunyai sentuhan rasa lime saat disesap.

Secara kuantitas, kopi Indonesia memang masih kalah dari Vietnam. Tetapi, di sisi lain, kesempatan untuk menggeser Negeri Seribu Ranjau tersebut sangat besar, mengingat di sana lahan untuk menanam kopi sudah semakin terbatas. Sebaliknya, di sini lahan untuk menanam kopi masih sangat luas dan terbentang di berbagai daerah di Indonesia.

Meski beberapa kedai kopi ngetop di kota-kota besar saat ini masih lumayan banyak yang menggunakan kopi impor, jumlah yang mulai melirik kopi lokal juga tidak kalah banyaknya. “Kopi Aceh, Mandailing, Toraja, dan Flores Bajawa saat ini juga sangat populer di luar negeri,” tutur Michael. Kopi sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa apabila digarap dengan sungguh-sungguh.

Ia memperkirakan, dalam dua atau tiga tahun mendatang akan terjadi evolusi dalam menikmati kopi di kalangan masyarakat. Dengan mulai hadirnya beberapa kedai kopi yang mengusung kopi nusantara sebagai menu unggulannya, kesadaran konsumen akan kopi berkualitas lama-kelamaan akan mengubah cara orang menikmati kopi.

Ke depan, menurut Michael, orang akan lebih ingin mengolah kopi sendiri di rumah. Hal ini didorong juga dengan semakin terjangkaunya harga coffee machine dan semakin banyaknya biji kopi lokal yang dijual bebas di pasaran. Kalau sudah begini, lanjutnya, permintaan kopi akan terus mengalami peningkatan dan kopi lokal juga semakin dilirik para penikmat kopi di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Biji kopi arabika, Liberika, Ekselsa dan robusta secara fisik

Perbedaan Biji kopi arabika, Liberika, ekselsa dan robusta secara fisik Salam sahabat kopi.. Saya akan berbagi ilmu yang saya ketahui tentang perbedaan fisik antara biji kopi arabika, liberika, Ekselsa dan robusta diantaranya: Biji arabika secara fisik dapat dilihat dari ukuran, bentuk dan warnanya. Rata-Rata ukuranny kecil, lonjong, Aroma khas ada bau bunga, bau kecut dan warnanya hijau tidak bisa kuning, bijinya berat, lapisan biji tipis, menyerap air banyak Biji Liberika secara fisik besar ukurannya, lonjong lancip, lapisan bijinya tebal dan warna kuning. Biji Ekselsa secara Fisik dapat dilihat dari Ukurannya besar lebih besar dari jenis kopi lainnya. Bentuknya bulat besar mirip dengan Robusta, lapisan bijinya tebal dan warnanya kuning pucat dan tidak berat Biji Robusts secara fisik dapat dilihat dari bentuknya Bulat, ukuran berfareasi ada kecil ada yg besar,lapisan bijinya tebal, tapi biji asli dr pohon asli robusta yang pohonny bukan sambungan rata- rata bijinya besar tidak besar ...

BPD AEKI Jawa Timur

BADAN PENGURUS DAERAH JAWA TIMUR MASA BHAKTI : 2008-2013 A. PENASEHAT / DEWAN PERTIMBANGAN Jabatan Perusahaan 1 Dr.Teguh Wahyudi M,Eng Ketua Dewan Pertimbangan PPKKI 2 Isdarmawan Asrikan Wk.Ketua CV.Lintas Utama 3 Sapta Surya Anggota PT.Yasa Setia 4 Isnandar Lilananda Anggota PT.Bintang Jaya Makmur B. BADAN PENGURUS DAERAH 1 Dr.Hutama Sugandhi Ketua PT.Aneka Coffee Industry 2 Ir.Mudrig Yahmadi Wk.Ketua PT.Citrabuana Tunggal Perkasa 3 Ir.Sugeng Budi Rahardjo Wk.Ketua PTPN XII 4 Hariyanto Wk.Ketua PT.Asal Jaya KOMP.PEMASARAN, PROMOSI & KOPI SPESIALTI 1 Halim Soesilo Ketua Kompartemen PT.Muliasari Permai 2 Drs.Murdiyoto Wk.Ketua Kompartemen KPB Cab.Surabaya 3 Hery Soekojo Anggota PT.Gemilang Sentosa Permai KOMP.PRODUKSI, MUTU & LITBANG 1 Rudy Soekojo Ketua Kompartemen PT.Gemilang Jaya Makmur Abadi 2 Ir.Dudiek Polii Wk.Ketua Kompartemen PTPN XII 3 Daniel Sunartio Anggota CV.Samudra Harapan KOMP.PEMB.INDUSTRI KOPI 1 Ir.Terbit Satrio Pradignyo Ketua Kompartemen PT.Aneka Coffee Indust...

sera serbi kopi

Jual Kopi Bubuk Lebih Untung LIWA, KOMPAS.com - Sebagian petani kopi di Kabupaten Lampung Barat mulai memproduksi kopi bubuk karena lebih menguntungkan daripada menjual kopi bijian.      "Saya mulai membuat kopi bubuk, walaupun tidak terlalu banyak, tetapi hasil penjualannya lebih menguntungkan," kata petani kopi, Nasir, di Pekon Pagar Dewa, Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, sekitar 282 km sebelah barat Bandarlampung, Senin (16/8/2010).Dia menjelaskan, harga kopi kering kian merosot sehingga mendorong petani mengolahnya menjadi kopi bubuk. "Alasan harga yang membuat petani membuat kopi bubuk, karena lebih menguntungkan daripada menjual kopi bijian," kata dia lagi.      Ia mengatakan separuh hasil panennya diolah menjadi kopi bubuk, yang dijual ke sejumlah pasar di Lampung. "Bila saya menjual kopi biji, jelas pendapatan saya akan berkurang,"katanya. Menurut dia, hasil penjualan kopi bubuk itu mampu membiayai perawatan tanaman kopi dan ...