Sering petani mengalami kesulitan untuk mendongkrak hasil usahanya karena kurangnya pemahaman terhadap pentingnya peranan fitohormon/ zat perangsang tumbuh dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terkadang margin keuntungan yang diperoleh petani begitu tipisnya sehingga berdampak pada rendahnya motivasi bertani.
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks, merupakan sutu proses vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat, dan volumenya. Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase/ proses yaitu, fase pembentukan sel, fase perpanjangan dan pembesaran sel, dan fase diferensiasi sel. Semua fase tersebut tentu dipengaruhi oleh faktor-faktor pertumbuhan, antara lain: (1) Ketersediaan unsur hara; (2) ketersediaan air; (3) cahaya matahari; (4) suhu udara; dan (5) hormon pertumbuhan (Isbandi, 1983).
Petani seringkali lebih memusatkan perhatiannya pada ketersediaan unsur hara tanaman yang diberikan melalui pupuk, dan seringkali pupuk yang digunakan adalah pupuk sintetis/ kimia. Petani kurang memperhatikan faktor pertumbuhan lainnya seperti hormon tumbuhan. Padahal apabila dianalogikan seperti proses pembuatan roti, unsur hara tanaman ibarat bahan-bahan pembuat roti, sedangkan hormon tanaman ibarat koki atau juru masak yang meramu semua bahan tersebut menjadi roti yang siap dikonsumsi.
Hormon tanaman dapat diartikan secara luas, baik yang sintetis maupun yang alami, yang berfungsii mendorong maupun menghambat pertumbuhan (Kusumo, 1984). Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman di mana senyawa tersebut menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis. Konsep zat pengatur tumbuh berawal dari konsep hormon tumbuhan. Para ahli biologis. Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin, sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Campbell et al, 2002).
Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin. Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan pada tahun 1930-an bahkan saat itu hormon mula-mula dimurnikan dari air seni. Hasil penelitian Yunus (2007) menunjukkan bahwa terjadi pengaruh interaksi IAA dengan jumlah akar, panjang akar, jumlah daun, dan jumlah planlet pada perkembangbiakan bawang merah secara in vitro.
George dan Sherington (1984) menyatakan bahwa auksin berpengaruh luas terhadap pertumbuhan, merangsang dan mempercepat pertumbuhan akar, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas akar. Dwidjoseputro (1990) menyatakan bahwa auksin banya disusun di jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman, seperti pucuk, kuncup bunga, tunas daun, ujung akar, dan lain-lain. Kusumo (1984) menyatakan bahwa perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh doronggan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada batang adalah sumber auksin dan merupakan faktor penting dalam perakaran. Hormon IBA (Indole Butyric Acid) adalah salah satu hormon yangg termasuk dalam kelompok auksin. Selain dipakai untuk meranggsang perakaran, hormon IBA juga mempunyai manfaat yang lain, seperti menambah daya berkecambah, merangsang perkembangan buah, mencegah kerontokan, pendorong kambium, dan lain-lain.
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Yelnitis et al (1996) menyatakan bahwa penambahan sitokinin dapat mendorong meningkatnya jumlah dan ukuran daun. Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman (Campbell et al, 2002).
Giberelin merupakan senyawa organik yang berperan penting dalam proses perkecambahan, karena dapat mengaktifkan reaksi enzimatik di dalam benih (Wilkins, 1989). Selanjutnya, penelitian Murniati dan Zuhri (2002) menunjukkan bahwa giberelin mampu mempercepat perkecambahan biji kopi.
Asam absisat (ABA) adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan tumbuhan, untuk menahan kekeringan. Apabila suatu tumbuhan memulai layu, maka ABA berakumulasi di dalam daun, dan menyebabkan stomata menutup dengan cepat, untuk mengurangi transpirasi, dan mencegah kehilangan air berikutnya (Campbell et al, 2002).
Etilen adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur pertumbuhan (fitohormon) yang aktif dalam pematangan. Denny dan Miller (1935) menemukan bahwa etilen dalam buah, bunga, biji, daun dan akar. Dari penelitian Burg dan Burg (1962), juga dapat diketahui bahwa etilen merangsang pemasakan klimakerik. Etilen juga sangat berpengaruh terhadap proses keluarnya bunga dan buah secara serentak.
Salah satu hormon lainnya yaitu asam traumalin yang berfungsi untuk memperbaiki pelukaan yang terjadi pada tumbuhan dengan membentuk jaringan kalus. Asam traumalin memacu percepatan penyembuhan luka pada tanaman, contohnya luka akibat pemetikan, pemangkasan, maupun serangan hama. Jaringan kalus inilah yang akan menutup luka tersebut sehingga tumbuhan tidak akan mati tetapi memperbaiki diri dengan jaringan yang baru (Campbell et al, 2002). Asam traumalin dapat dianalogikan ibarat proses percepatan pembekuan hemoglobin pada pendarahan manusia.
Dengan menambahkan hormon untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, diharapkan hasil yang diperoleh petani semakin meningkat, selanjutnya pendapatan dan keuntungan yang mereka perolehpun akan meningkat. Petani sejahtera bukan lagi impian. Sekarang ini kita sedang di era fokus untuk peduli kepada sektor pertanian. Sudah sewajarnya jika para petani disubsidi pengadaan hormon agar pencitraan usaha pertanian meningkat tajam, yang berangkat dari kesejahteraan yang telah diperoleh oleh para petani itu sendiri melalui subsidi yang lebih tepat fungsi.
Jika kita melihat tanaman yang sudah diberi hormon, ibarat kita melihat orang sehat segar bugar bukan lagi orang sekedar hidup saja. Dengan sabar niscaya subur, dengan hati niscaya diperhatikan.
Comments
Post a Comment