Skip to main content

Kedelai Jepang Menantang Ekspor


Edamame adalah kedelai asal Jepang, yang populer sebagai camilan sehat di Negara Matahari Terbit itu. Meski demikian kedelai jenis ini dapat tumbuh subur di ladang-ladang pertanian Jawa Timur, Indonesia. Peluang petani Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar edamame internasional, masih terbuka lebar.

 Kedelai yang sering kita temui di pasar sehari-hari biasanya berukuran kecil. Bahan baku tempe dan kecap ini bahkan banyak yang kopong, tidak ada isinya. Tapi di Jember, Jawa Timur, sejak tahun 1992, PT Mitratani Dua Tujuh (Mitratani) berhasil membudidayakan kedelai berukuran jumbo varietas Ryokkohâ. Selain unggul dalam kualitas dan ukuran, kandungan protein kedelai yang diberi nama edamame ini juga lebih tinggi ketimbang kedelai biasa.

Menurut Widodo Budiarto, Direktur Bidang Operasional PT Mitratani, edamame bukanlah jenis tanaman kacang-kacangan, melainkan masuk ke dalam kategori sayuran (green soibin vegetable). Di Jepang, negara asal kedelai ini, edamame termasuk tanaman tropis dan dijadikan sebagai sayuran serta camilan kesehatan. Begitu juga di Amerika, kedelai ini dikategorikan sebagai healthy food. Bahkan konon bisa pula digunakan sebagai bahan baku produk kecantikan kulit serta wajah.

Saban tahun, PT Mitratani mengekspor edamame ke Jepang. Perusahaan yang berkantor pusat di Mangli, Jember, Jawa Timur, ini mengekspor edamame dalam bentuk produk beku segar sebanyak 3.000 ton per tahun. Omzet perusahaan yang sahamnya dimiliki PT Mitratani (56%), PT Bahana Artha Ventura (26%), dan PTPN X (18%) ini, mencapai USD 5 juta (sekitar Rp 42,8 miliar) per tahun.

Pasar edamame ini masih terbuka lebar. Bayangkan, saban tahun, pasar Jepang butuh pasokan sedikitnya 100 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 ribu ton dipasok dari sejumlah negara seperti China, Taiwan, dan Thailand. Berarti, PT Mitratani yang merupakan satu-satunya produsen edamame di Indonesia ini baru mampu memasok 3% dari kebutuhan pasar di sana.

Jepang bukan satu-satunya pasar, sebab Amerika pun butuh pasokan edamame sekitar 7.000 ton per tahun. PT Mitratani pernah menjajaki pasar di Amerika, tapi usaha itu gagal gara-gara Tragedi World Trade Center pada 2001 lalu. “Sejak saat itu, semua barang yang masuk ke AS diperketat. Aturannya menjadi rumit,” kata Budiarto.

Dikerjakan dengan Tangan

Selain soal pasar, edamame Jember ini lebih digemari ketimbang yang dihasilkan petani di China, Taiwan, atau Thailand. Soalnya, tidak ada kedelai yang rusak atau cacat. Itu terjadi lantaran PT Mitratani tak pernah memakai mesin untuk memetiknya. “Semua dikerjakan dengan tangan. Para petani di Jember sangat terampil memetik tanpa menimbulkan kerusakan pada buah,” tutur Budiarto.

Awalnya, benih edamame Jember ini berasal dari Jepang. Tapi kemudian, PT Mitratani mengimpor bibit dari Taiwan karena harganya lebih murah hingga 40%. “Harganya USD 4,6 (sekitar Rp 39 ribu) per kilogram,” kata beberapa sumber. Saat ini, PT Mitratani mengimpor bibit setiap tiga bulan sebanyak 20 ton atau 60% dari kebutuhan. Sedangkan yang 40% lagi sudah dipenuhi sendiri karena sejak empat tahun lalu PT Mitratani berhasil melakukan pembibitan turunan dari bibit asal Taiwan.

Jember merupakan tempat yang cocok untuk budi daya edamame karena ketinggian tanahnya 7-350 meter dpl. Di sini, dalam setahun, bisa dipanen tiga kali, sementara di Jepang hanya sekali pada musim panas.

Meskipun iklim sangat memenuhi syarat, penanganan edamame tak bisa sembarangan. Mulai proses penanaman sampai produksi harus melalui seleksi ketat. Benih yang akan ditanam harus diteliti daya tumbuhnya. Bila tak layak, tidak akan dipakai, sedangkan yang layak sebelum ditanam harus dibaluri citrit agar tak gampang diserang hama.

Selain benih, lahan pun harus dipersiapkan. “Butuh waktu sebulan untuk mempersiapkan lahan,” kata Budiarto. Itu meliputi pembuatan bedengan (pematang sawah untuk jalan penggarapan dan penyemprotan tanaman) pembajakan, penanaman, hingga pemberian mulsa dari jerami. Edamame hanya boleh diberi pupuk tiga kali saja: pada usia 10 hari, 20-23 hari, dan terakhir pada usia 45 hari. “Kalau keseringan diberi pupuk, buyers akan menolak,” ujarnya.

Edamame ini tak boleh kekurangan ataupun kelebihan air, cukup disiram 4-5 hari sekali. Genangan airnya pun tak boleh melebihi 15 centimeter. Setelah masa tanam mencapai 65-70 hari, edamame siap untuk dipanen. Untuk lahan seluas 1 hektare, dibutuhkan dua kali masa pemetikan. Dan setelah panen, jika lahan akan ditanami edamame lagi harus diselingi dengan tanaman lain terlebih dahulu.

Untuk mengolah satu hektare lahan, setidaknya dibutuhkan dana sekitar Rp 20 juta. Rinciannya, Rp 3 juta untuk menyewa lahan milik petani, Rp 9,6 juta untuk tenaga kerja dan Rp 6 juta untuk pupuk dan pestisida. “Sisanya untuk biaya pemeliharaan lahan dan benih,” kata Bambang Wijananto, Direktur Utama PT Mitratani.

Budi daya edamame ini dilakukan dengan pola petani plasma. Jadi, para petani membentuk kelompok-kelompok untuk mengolah lahan. Hingga kini ada 18 kelompok petani plasma yang bekerja untuk PT Mitratani dengan total luas lahan sekitar 800 hektare. Setiap kelompok memiliki jatah benih sendiri, tergantung luas lahannya. Biasanya, untuk satu hektare lahan memerlukan 70-80 kilogram bibit yang akan menghasilkan edamame sekitar 5 ton.

 Peluang Investasi Rp 21 Miliar

Edamame yang baru dipanen harus segera dibawa ke pabrik, tenggang waktunya maksimal empat jam. Jika lebih, kadar warnanya bisa memudar dan kualitas buah akan menurun. Kemudian, edamame itu ditimbang dan dicuci. Setelah itu disortir dengan cara mengayak (di sini, kedelai yang tak masuk kualifikasi karena ukurannya terlalu kecil akan jatuh, sedangkan yang masuk kualifikasi dibagi lagi dalam empat grade berdasarkan kualitas).

Hanya edamame grade pertama dan kedua yang diekspor ke Jepang, yakni ke Toyota Thusi Corporation Group dan Life Food Co, Ltd. Sisanya? “Edamame grade ketiga dan keempat kami lempar ke supermarket-supermarket dalam negeri, seperti Makro dan Hero,” kata Bambang.

Kembali ke proses produksi, edamame yang sudah disortir itu dicuci lagi dengan mesin berteknologi tinggi, kemudian direbus (blanching) setengah matang pada suhu air 100 derajat celsius selama dua setengah detik. Perebusan ini memakai sistem berjalan di atas mesin. Kemudian, edamame masuk ke mesin cooling 1 dan direndam dalam air dingin, hingga masuk mesin cooling 2.

Setelah itu, edamame masuk ke mesin individual quick freezers (IQF) selama 11 menit. Suhu edamame yang awalnya 20-27 derajat celsius diturunkan hingga menjadi -18 derajat celcius. Tujuannya, agar edamame siap ekspor benar-benar segar tanpa dicampuri bahan pengawet. Selanjutnya, edamame siap dikemas dan dimasukkan ke dalam cold storage, menunggu dikirim ke Jepang.

Sayangnya, kapasitas produksi yang dimiliki PT Mitratani masih sangat terbatas. Dalam sehari, kapasitas produksi edamame hanya 25 ton. Itu pun terkadang terhambat oleh bahan baku yang kurang. Karena itu, perusahaan ini hanya mampu mengekspor edamame sebanyak 3.000 ton.

Agar bisa lebih mengembangkan usahanya, baik menambah kapasitas mesin maupun lahan, PT Mitratani membutuhkan dana lagi sekitar USD 2,5 juta (sekitar Rp 21,4 miliar). Dana ini dicari dengan menggaet investor baru. “Kami sudah mengajukan proposal kepada beberapa investor, baik dari dalam maupun luar negeri,” tutur Bambang. “Jika semua berjalan mulus, paling tidak, kami bisa memenuhi kebutuhan pasar Jepang hingga 6.000 ton per tahun,” katanya lagi.

Sumber: www.majalahtrust.com

Comments

Popular posts from this blog

perbedaan kopi arabika dan robusta

Arabika dan Robusta merupakan dua spesies kopi yang berbeda. Perbedaan umum terletak pada rasa, kondisi di mana dua spesies itu tumbuh, dan perbedaan ekonomis. berikut sedikit gambaran keduanya: perbedaan arabika dan robusta Dilihat dari soal rasa, Arabica mempunyai variasi rasa yang lebih beragam, dari rasa manis dan lembut hingga rasa kuat dan tajam. Sebelum disangrai, aromanya seperti blueberry, setelah disangrai, biji kopi Arabica beraroma buah-buahan dan manis, sedangkan Robusta mempunyai variasi rasa netral sampai tajam dan sering dianggap mempunyai rasa seperti gandum. Biji kopi robusta sebelum disangrai beraroma kacang-kacangan. Sayangnya jarang terdapat robusta berkualitas tinggi di pasaran. Selain perbedaan harga biji kopi Arabica yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga biji kopi Robusta, mari kita telusuri kedua jenis kopi ini: Kopi Arabica kopi arabika Kopi arabika (Coffea arabica) tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1700 mdpl, suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bul

BPD AEKI Sulawesi Selatan

BADAN PENGURUS DAERAH SULAWESI SELATAN MASA BHAKTI : 2007-2012 A. PENASEHAT / DEWAN PERTIMBANGAN Jabatan Perusahaan 1 Micha Takdung Ketua Dewan Pertimbangan Fa.Kopi Jaya 2 Litha Brent Wk.Ketua Fa.Litha & Co B. BADAN PENGURUS DAERAH 1 Cornelis P.Patty Ketua PT.Aneka Bumi Kencana 2 Frenky Djamal Wk.Ketua I CV.Kopi Sulawesi 3 Frans Honga Halim Wk.Ketua II CV.Mega Putra Sejahtera KOMP.ORBIN 1 Drs.H.Abd.Rachmat Tjanring,MM Ketua Kompartemen Puskud Hasanuddin 2 Nasrul Sanusi Wk.Ketua Kompartemen PT.Marco Eka Persada KOMP.PROMOSI/PEMASARAN & HUB.L/N 1 Taswin H.Purwardi Ketua Kompartemen CV.Sari Hasil Utama 2 Hendra Litha,ST Wk.Ketua Kompartemen Fa.Kopi Jaya KOMP.PEMB.PRODUKSI/LITBANG & MUTU 1 Ir.Suwardi Ketua Kompartemen PT.Toarco Jaya 2 Hendra Suwiptandy Wk.Ketua PT.Megaputra Sejahtera KOMP.HUKUM & ARBITRASE 1 Paulus L.Sappetaw Ketua Kompartemen CV.Lucky Trad.Coy 2 Rukman Noor Wk.Ketua PT.Sulawesi Agricultural Trad. KOMP.ANGGARAN & KEUANGAN 1 Dichson Ch.Djaruu Ketua Kompa

Perbedaan Biji kopi arabika, Liberika, Ekselsa dan robusta secara fisik

Perbedaan Biji kopi arabika, Liberika, ekselsa dan robusta secara fisik Salam sahabat kopi.. Saya akan berbagi ilmu yang saya ketahui tentang perbedaan fisik antara biji kopi arabika, liberika, Ekselsa dan robusta diantaranya: Biji arabika secara fisik dapat dilihat dari ukuran, bentuk dan warnanya. Rata-Rata ukuranny kecil, lonjong, Aroma khas ada bau bunga, bau kecut dan warnanya hijau tidak bisa kuning, bijinya berat, lapisan biji tipis, menyerap air banyak Biji Liberika secara fisik besar ukurannya, lonjong lancip, lapisan bijinya tebal dan warna kuning. Biji Ekselsa secara Fisik dapat dilihat dari Ukurannya besar lebih besar dari jenis kopi lainnya. Bentuknya bulat besar mirip dengan Robusta, lapisan bijinya tebal dan warnanya kuning pucat dan tidak berat Biji Robusts secara fisik dapat dilihat dari bentuknya Bulat, ukuran berfareasi ada kecil ada yg besar,lapisan bijinya tebal, tapi biji asli dr pohon asli robusta yang pohonny bukan sambungan rata- rata bijinya besar tidak besar