REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO - Seorang petani kopi mengemukakan bahwa kopi luwak berkualitas tinggi hanya bisa dihasilkan dari hewan luwak yang sehat. "Karena itu kalau kita memelihara luwak untuk kepentingan kopi, pakan luwak harus diperhatikan. Kalau demikian, kopi yang dihasilkan juga sedikit, tapi kualitasnya dijamin bagus," kata Supriatnadinuri di Bondowoso, Kamis.
Hal tersebut dikatakan petani kopi luwak dari Jawa Barat (Jabar) itu dalam acara Temu lapang Kopi 2011 di kebun Andungsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten, Bondowoso, Jawa Timur (Jatim). 'Managing Director' pada usaha Kopi Luwak Malabar itu mengemukakan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh pemilik usaha penghasil kopi luwak adalah satwa tersebut memakan buah kopi bukan karena lapar, melainkan karena butuh tambahan nutrisi.
"Kalau luwak makan kopi karena lapar, maka kopi yang dihasilkan memang berjumlah banyak, tapi kualitasnya pasti tidak bagus. Di tempat saya, luwak itu sudah kenyang dan memakan buah kopi karena memang butuh untuk tambahan nutrisi," katanya menuturkan.
Ia mengemukakan bahwa hal tersebut agar menjadi perhatian para penghasil kopi luwak sehingga kopi khas Indonesia tersebut tetap dikenal ke berbagai belahan dunia karena kualitasnya yang bagus. Nuri, lelaki itu biasa dipanggil, mengemukakan bahwa di tempat usahanya dipelihara 187 ekor luwak dan sebagian besar merupakan hasil pembiakan sendiri, dan bukan ditangkap dari alam.
Dari satwa-satwa liar itu dihasilkan hanya 60 gram kopi basah per hari. Hasil itu berbeda dengan yang diungkapkan Yusianto, ahli pascapanen dari Puslit Koka Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari satu ekor luwak bisa menghasilkan 200-400 gram kopi basah. Luwak bisa diberi makan ikan asin dicampur nasi.
Menurut Nuri, pemberian makan ikan asin kurang bagus bagi luwak, apalagi jika dicampur dengan nasi. Dirinya juga selalu memberi makan luwak-luwaknya dengan ayam kampung. Selain itu juga diberi madu, telor ayam kampung serta buah-buahan, seperti pisang, pepayan atau apel.
"Saya selalu memberi makan ayam kampung, karena saya belum pernah lihat luwak pergi ke pasar membeli ayam potong," katanya berseloroh yang disambut tawa peserta temu lapang kopi, termasuk Puteri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca yan hadir pada acara tersebut.
Bahkan, katanya, untuk pengobatan dan daya tahan tubuh, ia juga memberi luwak dengan makanan siput sawah, buah kolangkaling dan pisang emas. Pisang emas sangat berguna untuk menjaga agar luwak tidak terserang penyakit pembengkakan hati. "Jadi intinya, kita dalam memelihara luwak itu jangan menganut prinsip perkemanusiaan dengan memberi makan luwak seperti manusia, tapi kita harus berperikeluwakan dengan memberi makan sesuai makan luwak," katanya kembali disambut tawa peserta.
Sementara Dr Surip Mawardi, pemulia kopi dari Puslit Koka Indonesia mengemukakan bahwa apa yang dilakukan oleh Nuri harus menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama dalam hal kebersihan dan perhatian terhadap kesehatan luwak. "Dengan demikian, tetap menghasilkan kopi luwak berkualitas. Saya adalah saksi bagaimana Pak Nuri ini betul-betul menjaga kebersihan dan kesehatan luwak karena saya pernah ke kebunnya di Jawa Barat," katanya.
Hal tersebut dikatakan petani kopi luwak dari Jawa Barat (Jabar) itu dalam acara Temu lapang Kopi 2011 di kebun Andungsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten, Bondowoso, Jawa Timur (Jatim). 'Managing Director' pada usaha Kopi Luwak Malabar itu mengemukakan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh pemilik usaha penghasil kopi luwak adalah satwa tersebut memakan buah kopi bukan karena lapar, melainkan karena butuh tambahan nutrisi.
"Kalau luwak makan kopi karena lapar, maka kopi yang dihasilkan memang berjumlah banyak, tapi kualitasnya pasti tidak bagus. Di tempat saya, luwak itu sudah kenyang dan memakan buah kopi karena memang butuh untuk tambahan nutrisi," katanya menuturkan.
Ia mengemukakan bahwa hal tersebut agar menjadi perhatian para penghasil kopi luwak sehingga kopi khas Indonesia tersebut tetap dikenal ke berbagai belahan dunia karena kualitasnya yang bagus. Nuri, lelaki itu biasa dipanggil, mengemukakan bahwa di tempat usahanya dipelihara 187 ekor luwak dan sebagian besar merupakan hasil pembiakan sendiri, dan bukan ditangkap dari alam.
Dari satwa-satwa liar itu dihasilkan hanya 60 gram kopi basah per hari. Hasil itu berbeda dengan yang diungkapkan Yusianto, ahli pascapanen dari Puslit Koka Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari satu ekor luwak bisa menghasilkan 200-400 gram kopi basah. Luwak bisa diberi makan ikan asin dicampur nasi.
Menurut Nuri, pemberian makan ikan asin kurang bagus bagi luwak, apalagi jika dicampur dengan nasi. Dirinya juga selalu memberi makan luwak-luwaknya dengan ayam kampung. Selain itu juga diberi madu, telor ayam kampung serta buah-buahan, seperti pisang, pepayan atau apel.
"Saya selalu memberi makan ayam kampung, karena saya belum pernah lihat luwak pergi ke pasar membeli ayam potong," katanya berseloroh yang disambut tawa peserta temu lapang kopi, termasuk Puteri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca yan hadir pada acara tersebut.
Bahkan, katanya, untuk pengobatan dan daya tahan tubuh, ia juga memberi luwak dengan makanan siput sawah, buah kolangkaling dan pisang emas. Pisang emas sangat berguna untuk menjaga agar luwak tidak terserang penyakit pembengkakan hati. "Jadi intinya, kita dalam memelihara luwak itu jangan menganut prinsip perkemanusiaan dengan memberi makan luwak seperti manusia, tapi kita harus berperikeluwakan dengan memberi makan sesuai makan luwak," katanya kembali disambut tawa peserta.
Sementara Dr Surip Mawardi, pemulia kopi dari Puslit Koka Indonesia mengemukakan bahwa apa yang dilakukan oleh Nuri harus menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama dalam hal kebersihan dan perhatian terhadap kesehatan luwak. "Dengan demikian, tetap menghasilkan kopi luwak berkualitas. Saya adalah saksi bagaimana Pak Nuri ini betul-betul menjaga kebersihan dan kesehatan luwak karena saya pernah ke kebunnya di Jawa Barat," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/11/06/16/lmvzbg-yuk-lihat-pemrosesan-kopi-luwak-berkualitas
Comments
Post a Comment