Sebagai upaya untuk memenuhi standar global dalam bidang pangan dan pertanian, yang merupakan syarat utama agar produk pertaniannya bisa diterima di pasar global, perusahaan eksportir kopi PT Indo Cafco bekerja sama dengan International Finance Corporation (IFC), lembaga anggota kelompok Bank Dunia, mendirikan pusat pelatihan petani (farmer training center) kopi di Desa Simpang Bage, Pematang Silimahuta, Simalungun, Sumatera Utara. “Pusat pelatihan ini merupakan salah satu strategi kami dalam bersaing dengan kompetitor lain,” ungkap Nick Watson, Arabika Manager PT Indo Cafco di sela-sela peresmian pusat pelatihan itu.
Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa pendirian pusat pelatihan ini dilakukan untuk merespon tuntutan konsumen kopi dunia yang ingin mengetahui asal usul biji kopi yang mereka konsumsi dan ingin memastikan bahwa uang yang konsumen kopi keluarkan untuk kopi tersebut, manfaatnya dapat dirasakan kembali oleh petani. “Pusat pelatihan petani kopi ini didirikan untuk mendekatkan petani dan pelanggan, mewujudkan program keberlanjutan, meningkatkan pendapatan petani. Selain itu untuk transfer pengetahuan melalui pelatihan agar petani dapat menanam kopi dengan lebih berkelanjutan, menggunakan bibit kopi yang baik, menghasilkan kopi yang baik, dan akhirnya bisa memenuhi keinginan para konsumen,” papar Nick.
Dijelaskan Nick, agar bisa diterima dan bersaing di pasar kopi global, PT Indo Cafco, yang merupakan anak perusahaan internasional di bidang perdagangan komoditas Ecom Agroindustrial Corporation, memberi pelatihan kepada petani agar mereka dapat memenuhi ketentuan dalam memperoleh sertifikasi internasional seperti Utz Kapeh (yang dipantau langsung oleh Rainforest Alliance, lembaga non-profit internasional yang fokus pada konservasi hutan tropis yang mengeluarkan sertifikasi Rainforest Alliance) dan CAFÉ (Coffee And Farmer’s Equity) selama empat tahun ke depan sehingga membuka kesempatan bagi mereka untuk ikut serta dalam mata rantai pasokan global. Dengan adanya sertifikasi ini, tambah Nick, pihak PT Indo Cafco akan membeli biji kopi yang bersertifikat dengan harga premium sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
“Merupakan prinsip Ecom bahwa interaksi globalnya berinteraksi dengan petani kecil secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat bagi usaha kami dan konsumen yang akan memperoleh keuntungan dari mata rantai pasokan yang lebih pendek dan akses langsung terhadap biji kopi berkualitas dan yang telah mendapat sertifikasi. Sementara bagi para petani kecil, mereka dapat meningkatkan produktifitas da kualitas kopi mereka sehingga pendapatan mereka meningkat,” papar Nick.
Ernest Bethe selaku Agribussiness Program Manager IFC Indonesia mengakui bahwa pihaknya bekerja sama dengan PT Indo Cafco yang berafiliasi dengan Ecom Agroindustrial karena Ecom memiliki fokus yang sama dengan IFC, yaitu meningkatkan taraf hidup petani, keberlanjutan proyek, dan membantu petani dalam berhubungan dengan pasar global. “Fokus IFC adalah membantu pembangunan sektor swasta agar dapat bisa menciptakan peluang yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia di daerah-daerah yang paling membutuhkan. Ada tiga hal fokus IFC. Pertama adalah untuk meningkatkan produktifitas petani. Kedua, menjamin keberlanjutan proyek ini. Ketiga, membantu petani dalam hal sertifikasi. Saya melihat kesamaan fokus dengan Ecom. Oleh karena itu kami bekerja sama,” ujar Ernest Bethe.
Terkait dengan nilai investasi proyek pelatihan ini, Nick dan Ernest tidak angkat bicara. Namun Rahmad Syakib, Operation Officer IFC pada proyek ini menyatakan bahwa IFC berperan dalam pengelolaan dan manajemen pada pusat pelatihan ini, sedangkan PT Indo Cafco berkontribusi terhadap asset seperti peralatan dan mesin. “Komposisinya mungkin sekitar 50-50. IFC lebih ke pengelolaan dan PT Indo Cafco lebih ke asset peralatan dan mesin,” ujar Rahmad. Dengan adanya pusat pelatihan ini, Nick mengharapkan adanya peningkatan produksi 18 bulan hingga 2 tahun ke depan. Namun ia tidak menekankan peningkatan dari sisi volume, tapi lebih kepada peningkatan kualitas biji kopi.
Comments
Post a Comment