Kopi lanang yang dipasar internasional biasa disebut peaberry coffee, merupakan kopi spesialti yang bentuk bijinya berbeda dengan biji kopi pada umumnya. Lanang berarti laki-laki dalam bahasa Jawa, disebut demikian karena bentuk biji kopi ini tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji kopi biasanya, disamping itu biji kopi lanang bentuknya lebih kecil. Sebenarnya kopi ini bukan varietas baru, kopi lanang bisa dihasilkan oleh pohon kopi jenis robusta maupun arabika yang pada umumnya ditanam petani di Indonesia.
Menurut beberapa ahli, kopi lanang terbentuk dikarenakan : (1) penyerbukan yang tidak sempurna, karenanya satu dari dua bibit didalam buah kopi menjadi puso, sehingga tersisa satu benih yang menempati ruangan pada buah kopi, biasanya terjadi pada penyerbukan bunga diujung cabang dimana putiknya sedikit rusak oleh terpaan angin atau gangguan serangga; (2) ketidak seimbangan pengiriman zat makanan pada saat pembuahan karena pohon mengalami stres, sehingga membuat pertumbuhan biji kurang sempurna; dan (3) kelainan genetika. Oleh karena itu, tidak ada pohon kopi yang 100% memproduksi kopi lanang, biasanya produksi kopi lanang berkisar 2–5% dari total produksi buah kopi keseluruhan. Sehingga untuk mendapatkan kopi lanang harus melalui proses yang tidak mudah, harus melalui proses penyortiran biji kopi dari yang jumlahnya mencapai puluhan ribu biji kopi. Dikarenakan kelangkaan dan kerumitan penyortirannya tersebut yang membuat kopi lanang lumayan mahal harganya.
Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa perkebunan kopi yang mengembangkan produksi kopi lanang, diantaranya PTP Nusantara XII Perkebunan Malangsari, di Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur, yang beberapa kavling kebunnya sengaja di budidayakan khusus untuk menghasilkan kopi lanang, dimana pada areal tersebut serangga penyerbuk harus dikurangi dengan tujuan agar bunga kopi mengalami stres, sehingga menghasilkan buah dengan biji yang tidak normal. Disamping cara tersebut, kopi lanang biasanya banyak dihasilkan dari pohon kopi yang sudah tua yang berumur 10 tahun keatas, dimana bunga kopi di pohon kopi tua sering tidak mendapatkan penyerbukan yang sempurna, sehingga pohon kopi tersebut berpeluang menghasilkan biji kopi lanang terbaik.
Bagi penikmati kopi, citarasa seduhan kopi lanang begitu halus dengan aroma dan taste yang 3 kali lebih kuat dari biji regulernya, dengan kadar kafeinnya yang sangat tinggi sehingga menimbulkan efek tidak mudah mengantuk bagi yang mengkonsumsinya. Disamping itu banyak orang yakin bahwa kopi lanang berkhasiat menambah tenaga ekstra dan vitalitas kaum pria, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut. Penelitian terbaru para ahli di Universitas Coventry, Amerika Serikat yang dipaparkan dalam pertemuan konferensi tahunan Society for Experimental Biology di Salzburg, Austria pada akhir bulan Juni 2012 lalu mendapatkan bahwa senyawa kafein dapat memicu kekuatan otot yang berusia lebih tua, artinya kafein dapat berfungsi sebagai stimulan untuk menghasilkan kekuatan lebih. Karenanya hasil penelitian tersebut mungkin dapat menunjang klaim akan khasiat kopi lanang, mengingat kopi lanang mengandung senyawa kafein yang lebih tinggi daripada kopi biasa.
Para pakar kopi menyebut nutrisi dan senyawa aromatik yang terkandung dalam biji kopi lanang lebih kompleks, sehingga memiliki aroma dan taste yang lebih kuat dari biji regulernya, hal tersebut disebabkan nutrisi yang semula untuk 2 bibit dipakai untuk 1 bibit karena perubahan bentuk bijinya yang bulat dan lebih kecil. Apalagi selama ini kopi lanang lebih banyak ditemukan pada pertanaman kopi di dataran tinggi, dengan ketinggian diatas 1.500 meter dari permukaan laut, seperti di perkebunan Malangsari PTPN XII Banyuwangi yang mempunyai ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya, semakin tinggi daerah penanamannya temperatur semakin dingin, dimana kopi akan tumbuh lebih lambat dan menghasilkan buah kopi yang lebih kecil, padat dan lebih beraroma, sehingga komponen aromatik yang terkandung didalamnya tumbuh dan terbentuk secara perlahan dan sangat padat membentuk citarasa yang khas.
Disamping itu, citarasa yang khas dari kopi lanang dipengaruhi juga oleh proses penyangraiannya, Roast Magazine sebuah majalah khusus kopi yang terbit di Amerika Serikat melaporkan bahwa hasil sangrai kopi lanang lebih baik daripada kopi biasa, dikarenakan bentuk biji kopi bulat akan menghasilkan hasil sangrai yang lebih merata daripada kopi biasa yang bentuknya lebih gepeng, sehingga menghasilkan hasil seduhan yang mempunyai citarasa yang lebih enak daripada kopi regulernya.
Permintaan akan kopi lanang saat ini cukup meningkat, terutama di daerah wisata seperti di Pulau Bali, mengingat selama ini kopi lanang lebih diminati oleh para wisatawan asing yang mencari kopi ini sebagai buah tangan ketika kembali ke negara asalnya. Adapun peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak, maklum jenis kopi ini belum terlalu dikenal masyarakat, nampaknya baru sebagian kecil saja masyarakat umum yang mengetahui adanya kopi lanang, itu pun sebatas dari kalangan para penggemar kopi.
Saat ini dipasar internasional selain kopi lanang Indonesia, beredar juga kopi lanang yang diproduksi oleh negara penghasil kopi lanang lainnya seperti Brazil, Tanzania, Kenya, Kostarika, Jamaika, Kolumbia, Papua Nugini dan Kamerun. Walaupun demikian, Indonesia tak usah khawatir, citarasa kopi ibarat musik klasik yang tidak pernah membosankan untuk didengar, Indonesia adalah negara yang mempunyai agroekologi yang berbeda dengan negara-negara tersebut, sehingga tentu citarasa kopi lanang Indonesia punya rasa khas dan berbeda dengan kopi lanang dari negara lain, karenanya bagi para penikmat kopi, citarasa kopi spesialti Indonesia akan tetap dikejar, mengingat pangsa pasar kopi spesialti memperlihatkan kecenderungan yang kian meningkat, terutama dengan bergesernya konsumen kopi biasa menjadi konsumen kopi spesialti seperti yang terjadi pada masyarakat di Amerika Serikat dan Uni EropaBerminat hubungi kami di 085269977555 atau 5CBBB1C7
atau Klik : Daftar Harga kopi 45coffeeshop
Comments
Post a Comment